SAJAK-SAJAK CHAIRIL ANWAR 1942-1949 (Kumpulan Semua Puisi Chairil Anwar)


Daftar Singkatan: DCD= Deru Campur Debu

KT = Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus

NA= Naskah Asli

P= Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45

TMT = Tiga Menguak Takdir

Continue reading

Posted in pendidikan | Tagged | 4 Comments

TRANSFORMASI KEBAHASAAN DI MASYARAKAT TAPANULI BAG SELATAN


Akan menjadi sesuatu yang dianggap tabu ketika kita mundur beberapa dekade yang lalu dan mendapati seorang pemuda Mandailing – Angkola yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan karena kurangnya rasa nasionalis, namun melekatnya bahasa daerah dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Tapanuli khususnya bagian selatan yang meliputi daerah Madina, Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Palas, hingga Paluta.

Bangsa batak Mandailing yang hidup di selatan dan bangsa batak Angkola di daerah utara adalah dua suku besar yang mendiami daerah Tabagsel. Walau identik dan mendiami daerah yang berdekatan, kedua suku bangsa ini memiliki perbedaan yang sebenarnya signifikan dalam bahasa khususnya logat. Bahasa mandailing yang mewarnai kehidupan masyarakat Panyabungan hingga perbatasan Sumut-Sumbar lebih lembut dan mendayu. Sedangkan batak Angkola sendiri mempunyai perbedaan yang berbeda di setiap wilayahnya. Sebagai contoh, Padangsidimpuan yang merupakan wilayah batak Angkola memiliki logat yang lebih datar, dimana warga Padangbolak memiliki logat yang lebih tinggi, kasar, dan mendekati bahasa batak toba. Jika kita lihat secara demographi, logat bahasa Tapanuli bagian selatan dapat disimpulkan dalam grafik di bawah ini.

Gambar

Menilik pada grafik di atas, kita bisa melihat bagaimana keragaman bahasa yang mendiami daerah Tabagsel dan seharusnya ini menjadi salah satu unsur kebudayaan yang harus kita pelihara sebagai salah satu kekayaan bangsa ini. Apalagi budaya sudah saatnya menjadi benteng untuk mempertahankan jati diri bangsa dalam menghadapi era globalisasi yang tidak bisa kita katakan tidak pada dominasinya.

Tulisan ini saya muat akan kekhawatiran mulai hilangnya bahasa daerah dari bumi dalihan na tolu ini. Saya sangat terperangah ketika saya pulang ke sidimpuan dan mendapati semua warga telah menggunakan bahasa Indonesia dalam setia sendi kehidupan. Tidak salah memang. Jika kita ambil sisi positifnya, warga padangsidimpuan tidak akan gamang lagi menggunakan bahasa Indonesia ketika beranjak ke kota lain. Hal ini memang pernah saya alami. Sewaktu SD dulu, saya diajak oleh ayah saya ke Medan dan lidah saya begitu kelu ketika mulai menggunakan bahasa Indonesia selama beberapa hari disana.

Namun dibalik fenomena ini, kita bisa ambil benang merah bahwa tidak seharusnya warga tabagsel malu atau pun gengsi ketika menggunakan bahasa daerah di rantau orang, terlebih di tanah kelahiran sendiri.

Jika kita telaah ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya bahasa daerah, yaitu :

  1. Pride, yaitu hilangnya rasa bangga akan menggunakan bahasa daerah dan lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini biasanya ditemukan pada diri seorang remaja yang disebabkan oleh socialifenya.
  2. Doktrinisasi, dimana para orang tua sekarang ini lebih memilih mendoktrin putra-putri nya dengan bahasa Indonesia.
  3. Pendidikan, sektor ini memegang peranan yang sangat vital. Tidak banyak pelajaran tentang budaya yang dikembangkan khususnya penggunaan bahasa daerah.
  4. Logat, kekhawatiran akan logat yang masih kental jika jarang menggunakan bahasa Indonesia menjadi pemicu lainnya. Padahal logat dalam bahasa Indonesia akan menambah khazanah kekayaan linguistickita. Lihatlah orang papua yang tidak malu menggunakan logat papua nya ketika sedang berbicara. Begitu juga dengan logat sunda, bali, betawi, batak toba dan seharusnya rakyat Indonesia juga mulai mengenal logat mandailing serta angkola.

Perhatian yang lebih terhadap 4 faktor di atas bisa menjadi acuan bagi kita jika tidak mau bahasa batak Mandailing-angkola hilang dari Tabagsel seperti bahasa suku Oseng di Banyuwangi dan lebih 741 bahasa daerah yang lain yang telah hilang.

Posted in padangsidimpuan, pendidikan, Socialife | 4 Comments

Finlandia terlalu identik dengan pendidikannya yang wah, namun menikmati negara penghasil telepon genggam Nokia ini begitu glamor dengan keindahan alamnya. Berikut ini beberapa keindahan alam yang sayang kita lewatkan jika kita berkunjung ke negara yang hanya berjarak 1 jam di st.petersburgh melalui udara, baik di dunia nyata hmmmmm….. sekalipun di dunia maya

Aurora Borealis, di utara finlandia.

Gambar

                                Hervantajärvi (Hervanta-lake), Hervanta suburb of Tampere.

Gambar

Fajar di Kroppoo Island

Gambar

Kyrosjärvi

Gambar

keihäsjärvi Kuru

Gambar

 

Suomenlinna

Gambar

Pihlajavesi

Gambar

 Nasijärvi

Gambar

Kivijarvi

Gambar

 

FInlandia sering juga disebut sebagai negara thousands of lake. Jadi, maklum aja kalau keindahan alamnya rata-rata adalah danau, sungai,  maupun laut.

 

 

Posted on by rahmatnawisiregar | Leave a comment

Kekuatan Visualisasi


Gambar

saya upload foto ini ke account facebook saya dan ada banyak orang yang memberikan sedikit ocehan ataupun menjadikannya bahan tertawaan. Namun setelah membaca “The Secret”-nya Rhonda Byrne saya semakin meyakini bahwa semakin banyak visualisasi impian kita diremehkan oleh orang, maka akan semakin tinggi kemungkinan itu akan terjadi. Saya telah membuktikan itu kawan.

 

Tugas yang paling berat dalam visualisasi impian ini adalah bagaimana kita membungkus rapatnya di tengah begitu banyaknya suara sumbang yang senantiasa bisa menggoyahkan pendirian kita.

 

Nah, wisuda telah menanti di depan mata. Dan sekarang, ini lah visualisasi impian saya.

Gambar

 

 

Posted in motivasi, pendidikan | Leave a comment

Ron Clark Story


GambarInner Harlem Elementary School adalah sekolah dasar di New York yang terkenal dengan tingkat kelulusan ujian nasional yang selalu berada di peringkat bawah. Di sinilah Ron Clark mengajar murid-murid yang penuh dengan talenta namun minim perhatian. Dimulai dengan Tayshawn (Brandon Smith)di bidang seni, Shameika Wallace (Hannah Hodson) yang mempunyai bakat kepemimpinan, Badriyah (Bren eastcost) di bidang sains dan Julio Vasquez (Micah Williams) di Matematika. 

Tentunya Clark tidak menghadapi sedikit rintangan sebelum menemukan bakat yang terpendam di dalam diri para siswanya ini. Dimulai dengan isu rasial hingga kelakuan-kelakuan siswa yang saya jamin saya sendiri tidak akan tahan jika harus mengajar mereka. Namun Clark tentunya tidak akan semudah itu untuk melemparkan handuk, Dream Big Take Risk –lah yang membuatnya bertahan. 

Ada begitu banyak pesakitan yang dialami oleh Clark selama mengajar siswa-siswa yang membutuhkan perhatian lebih ini, seperti mengecat kelas agar kelihatan bersih, mobil yang dicoret-coret, cacian, dan masuk rumah sakit tentunya. Dengan semangat yang tidak pernah surut, Clark akhirnya berhasil mewujudkan tantangan yang pernah ia berikan kepada Kepala Sekolah yaitu meluluskan mereka dari Ujian Nasional.

Lalu akhirnya para siswa ini berhasil memasuki sekolah favorit yang ada di New York. Bukunya tentang peraturan-peraturan di Kelas yang berjudul The Essential 55 berada di daftar Best Seller-nya New York Times selama 13 minggu dan telah dicetak di lebih 25 negara.

Namun ada beberapa hal yang saya pernah lakukan ketika mengajar dengan apa yang dilakukan oleh Clark. Siswa sudah begitu jemu dengan peraturan-peraturan yang sudah dibuat oleh kebijakan sekolah dan ditambah lagi dengan aturan yang diterapkan oleh Clark di kelas malah semakin mempersulit keadaannya walau pada akhirnya dia berhasil  mengambil minat siswa. Menurut hemat saya, berikan kebebasan kepada siswa di kelas akan tetapi tetap dengan pengawasan kita sebagai guru. Ide seperti ini pernah saya cetuskan ketika saya mengajar dulu dan keinginan siswa untuk belajar serta kedekatan kita dengan siswa pun semakin terjalin dengan erat.

Well, itulah yang pernah saya lakukan. Bertentangan memang dengan apa yang dilakukan oleh banyak guru apalagi yang dilakukan oleh Ron Clark. Namun demikian, I do respect to Mr. Clark’s efforts.

Bagi para calon guru, you better watch it.

Posted in film, motivasi, pendidikan | Leave a comment

Sungai Batang Ayumi dalam Bingkaiku


na ngen aek sajo do lakna karejomu rahmaaat, maloja au ngen pasar anggo ho lek namarlubuk sajo

alaleee umak, inda marlubuk be au umak,ulang gimbal umak au rap dot sipatu ni bapak leh, accit umakkk

Begitulah sedikit adegan yang kerap kali terjadi kala petang tiba. Sepatu, sandal, hingga rotan adalah beberapa alat yang sangat ramah dengan tubuh saya tiap kali mandi di sungai. Selain dijadikan tempat marlubuk (mandi di lubuk), sungai batang ayumi sering juga kami jadikan sebagai tempat untuk menghasilkan uang.

            Adalah saya, mora, ricky, gian, aspan, husein, leman, dan aswad telah ditasbihkan menjadi beberapa makhluk penghuni lubuk ini. Ke-delapan bocah ingusan ini mempunyai hobi yang sama, yaitu sepak bola. Terlahir dari kondisi ekonomi menengah ke bawah, maka kami tidak terlalu mengandalkan orangtua untuk membeli bola. Kami selalu mempunyai inisiatif tiap kali bola yang kami gunakan rusak atau bocor. Setiap sore kami akan pergi ke sungai ini untuk menambang batu ataupun pasir yang bisa dijual. Saya masih ingat dulu, pasir 1 belek (kaleng roti yang besar) dihargai 700 rupiah dan batu 1 kubik (*&%^(#!#>) dihargai 30-40 ribu. Bola kaki (nomor 5) kala itu masih berada di kisaran 20-25 ribu. Jadi duit sisa dari pembelian bola kaki itu akan kami gunakan untuk makan mie duru (mie instant seduh).

Gambar

            Memancing adalah kegiatan yang membosankan buat kami, kecuali teman kami yang bernama husein dan leman. Both of them are true angler. Karena kami sering marsak (gak suka) melihat keahlian mereka, maka kami orang-oranng yang tidak mempunyai kesabaran pun lebih memilih untuk mandurung. Mandurung adalah cara menangkap ikan yang paling manusiawi dibandingkan dengan kail, menjala, nyetrum apalagi pukat. Dibutuhkan sebuah kain dan minimal tiga orang untuk menjalankan aktifitas tradisional ini. Dua orang berada di sisi kain yang berbeda (saling berhadapan) dan mencoba untuk mandurung (mengambil) ikan yang biasanya ada di semak belukar, rawa-rawa, atau di balik batu. Satu orang lagi bertugas untuk mengambil hasil yang didapat di atas kain ini. Apakah masih ada yang lebih manusiawi dari mandurung?

            Kami pernah mandurung dari sungai batang ayumi kampung marancar ini menuju sitamiang, kampung melayu gang raya, hingga tanggal. Semuanya itu kami lakukan berdelapan dan tentunya dengan kondisi naked, maklumlah karena kami saat itu masih bocah ingusan yang belum tahu apa itu ini, apa ini itu. Tidak ada cara lain menikmati hasil mandurung ini kecuali dengan memanggang ikan dan udang yang kami dapat. Semuanya kami makan tanpa nasi dan itu bisa membuat kenyang perut setelah 3 jam berjalan dari kampung ke kampung menelusuri sungai dengan kondisi memprihatinkan, jadi bisa bayangkan betapa banyak hasil tangkapan kami dibandingkan dengan memancing yang membosankan 

            Tidak begitu saja kami menikmati keindahan sungai yang membelah kota Padangsidimpuan menjadi dua ini, kami juga sering menghabiskan waktu malam minggu dengan membuat api unggun di sekitaran sungai sambil bermain gitar hingga jam 10 malam (orangtua kami saat itu pasti sangat keblinger). Mencuri ubi di kebun sepanjang sungai atau mencuri ayam penduduk adalah beberapa kebiasaan yang sebenarnya tidak perlu saya ceritakan disini. Bagaimana tidak, kayubakar untuk api unggun saja adalah bahan cilok-an kami (tradisi ini berlangsung ketika kami masih duduk di bangku sekolah dasar, jadi harap maklum red). Pernah kami hampir ketahuan oleh si empunya kebun (biasa kami panggil dengan panggilan nenek oke) ketika kami sedang mencuri ubi miliknya pada waktu sore hari. Untung lah nenek yang satu ini sudah berumur, jadi lari bukanlah pilihan yang kami ambil melainkan semangat yang menjulang tinggi agar aksi ubi robbing ini berhasil dengan kemenangan absolute ada di tangan kami. Kelapa, papaya hingga kayu bakar yang sering ia kumpulkan di kebunnya selalu menjadi sasaran empuk kami untuk akhir pekan yang menyenangkan. Hingga akhir hayat beliau, kami belum sempat memminta maaf atas semua kenakalan masa kanak-kanak dulu. Semoga nenek oke diterima di sisi Allah SWT. Amin.

            Sungai ini dulunya adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada penduduk kampong marancar khususnya gang pedati. Sungai ini tidak pernah sepi oleh penduduk mulai subuh hingga magrib menjelang. Asal muasal nama gang pedati juga adalah banyaknya pedati untuk mengangkut pasir atau batu dari sungai di era 60-80 an. Kata nenek saya, dulu penduduk masih menggunakan perahu untuk mengangkut pasir dari hulu ke hilir. Ketika hujan tiba, maka ulu ni aek pun mangalir dari arah tanggal ini dan akan sangat banyak pemuda-pemuda yang melompat dari jembatan kampung marancar-sitamiang untuk menikmati derasnya air. Namun di masa saya, ketika hujan tiba maka marsiayut dari kamcar menuju rambin ini menjadi olahraga adu nyali. Marsiayut adalah mengalir bersama air dari hulu ke hilir bisa pake ban bekas atau batang pisang dan batang pisang menjadi opsi yang selalu saya ambil. Tungir  adalah resiko bagi mereka yang menjatuhkan pilihan pada batang pisang dan tungiron adalah hal yang biasa bagi saya.

 Masih segar sekali di ingatan saya, di jalan menuju sungai dari arah gang family (sekarang merger menjadi gang pedati) terdapat sebuah musola yang lumayan besar mengingat masyarakat kampung marancar yang madani dan islami. Ketika azan subuh selesai, maka masyarakat pun berbondong-bondong menuju sungai untuk berbagai kegiatan seperti menyuci, mandi, mengambil air untuk dimasak atau untuk stock sepanjang hari. Saya sering sekali menemani umak (ibu) menyuci di sungai. Ketika ibu saya sedang bersibuk ria denga cuciannya, maka disitulah saya belajar berenang. Begitu indah kenangan yang satu ini.

           Gambar Kondisi sangat kontras dengan apa yang saya deskripsikan sebelumnya. Sungai batang ayumi mengalami dekadensi fungsi seiring dengan pendangkalan sungai yang disebabkan beberapa hal seperti pembuangan sampah sembarangan hingga pengambilan pasir dan batu yang berlebihan dari sungai. Sungguh sangat ironis memang. Sungai yang berhulu dari gunung lubuk raya ini sekarang layaknya parit yang dialiri air dengan kualitas air yang sangat rendah. Sungai batang ayumi sekarang hanyalah puing-puing kenangan yang terkikis oleh erosi zaman. Tulisan ini pun saya buat untuk mengenang kembali keindahan sungai yang memberikanku jutaan pengalaman. Ini lah saya sekarang, seorang anak yang dibesarkan sungai bermimpi untuk melanjutkan study ke finlandia.

 

             

Posted in padangsidimpuan, Socialife | 2 Comments

Poda Na Lima


Poda dalam bahasa angkola-mandailing adalah kata pengingat yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Poda merupakan salah satu pegangan hidup yang diberikan oleh ompung kita dulu agar dapat menjalani hidup dengan mudah. Selain Alqur’an dan Hadits, maka masyarakat tapanuli bagian selatan mempunyai poda na lima yang sudah turun temurun diwariskan. Poda na lima berarti lima kata pengingat, yaitu :

Gambar

  1. Paias rohamu
  2. Paias pamatangmu
  3. Paias parabitonmu
  4. Paias bagasmu
  5. Paias pakaranganmu

Adapun hal esesnsial dari poda na lima ini adalah hati, tubuh, pakaian, rumah, dan pekarangan. Dengan memegang kelima poin ini, maka kesuksesan dunia dan akhirat akan kita raih.

Paias rohamu yang berarti bersihkan hatimu menjadi urutan pertama karena hati merupakan personal centre. Ada sebuah daging dalam daging dalam setiap diri manusia yang jika baik dagingnya, maka baiklah perilaku seseorang itu. Daging itu adalah hati. Hati adalah tempat semua penyakit yang tidak bisa kita temukan obat penawarnya seperti dengki, iri, marah, dusta, durhakan, dll. Paias rohamu agar nantinya semua penyakit hati yang menjadi resistance dalam hidup ini hilang dan dengan demikian kesuksesan hidup akan mendatangi kita.

Paias pamatangmu yang berarti bersihkan tubuhmu. Dengan hati yang bersih, maka akan terciptalah tubuh yang sehat. Mensana in coropore sano. Tubuh yang sehat akan membuat kita lebih powerful untuk menjalani setiap aktivitas hidup, menantang kesulitan hidup, dan menikmati setiap cobaan hidup yang diberikan.

Paias parabitonmu yang berarti bersihkan pakaian. Pakaian disini tidak hanya sebagai penutup dan pelindung tubuh dari udara panas atau dingin, tapijuga menentukan sehat tidaknya seseorang. Salah satu kebiasaan buruk lajang perantauan adalah tingkat kemalasan yang tinggi untuk membersihkan pakaian. Alhasil pakaian yang telah dipakai akan digantung untuk dipakai esok harinya. Tentu ini bukan gaya hidup yang sehat. Tubuh yang bersih akan ditutupi dengan pakaian yang bersih.

Paias bagasmu menyuruh kita untuk membersihkan rumah tempat kita tinggal. Rumah bersih bukan berarti rumah besar nan megah dengan lantai yang mengkilat, tapi sirkulasi udara yang lancar dan intensitas cahaya yang cukup ke dalam rumah. Rumah yang sehat akan menjadi tempat pribadi-pribadi yang sehat.

Paias pakaranganmu yang berarti bersihkan pekaranganmu. Diantara salah satu indicator rumah sehat adalah mempunyai pekarangan atau taman untuk menambah suasana sejuk nan asri. Pekarangan yang bersih bisa menjadi tempat rehat alternatif sambil meneguk segelas kopi hangat di pagi hari atau tempat menanam bunga bagi kaum ibu.

 Itulah beberapa alasan sederhana kenapa kita dianjurkan untuk membersihkan roha, pamatang, parabiton, bagas, dohot pakarangan kita. Dulu waktu saya masih kecil (90an) masih begitu banyak tulisan poda na lima ini terpampang di sepanjang jalan arteri kota Padangsidimpuan, tidak hanya dengan tulisan latin tapi juga dengan huruf pustaha. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat semakin hilangnya poda na lima ini dari dada pemuda pemudi sidimpuan.

Hal yang paling membuat saya miris adalah poin ke tiga dari poda na lima yaitu paias parabitonmu. Sekarang ini begitu banyak pemuda pemudi sidimpuan yang sudah tidak mengindahkan ini. Celana di atas lutut dan pakaian super ketat menjadi pemandangan yang lumrah saat ini. Padahal dulunya pemudi sidimpuan begitu indah dan cantiknya dengan balutan busana muslimah dan kerudung di kepalanya.  Hal itu tergambarkan dari salah satu pantun populer sewakru saya kecil, kira-kira seperti ini bunyinya :

Huboto do pangirmu                                       aku tahu pangirmu

Unte na di julu I                                              jeruk manis yang di hulu

Huboto do parmanisonmu                              aku tahu apa yang membuatmu manis

Talokung na di ulumi                                      kerudung yang dikepalamu

 

 

Semoga Poda na lima kembali dikomersialisasikan di bumi dalihan natolu.

Posted in pendidikan | Leave a comment

Sejarah Pendidikan di Padangsidimpuan


*Tulisan ini terinspirasi dari blog akhirmh.blogspot.com

Sejarah pendidikan di kota yang terkenal dengan julukan Kota Salak ini bukanlah hal yang mudah untuk dituliskan. Selain bukti sejarah yang sangat minim dan akses pustaka yang terbatas, kurangnya perhatian kaum pelajar akan hegemoni sejarah pendidikan di daerah ini menjadi beberapa alasan penyebabnya. Tulisan ini tidaklah cukup untuk mengungkap tabir terangnya pendidikan Padangsidimpuan dulu, namun untuk menambah khazanah pengetahuan penulis dan kita yang mengaku peduli akan pendidikan kota ini mungkin tidak masalah untuk membacanya.Gambar

            Pendidikan Padangsidimpuan tidak bisa lepas dari usaha yang dilakukan oleh Sati Nasution (kelak dikenal dengan nama Willem Iskandar) pada tahun 1862 dengan mendirikan sekolah guru (Kweekschool) di huta (kampung) Tanobato. Siswa sekolah ini tidak hanya dating dari daerah Mandailing, tapi siswa dari Sipirok dan Padangbolak mulai berdatangan. Alumni sekolah ini pun menjadi tenaga pengajar di Padangsidimpuan. Perkembangan sekolah ini sangatlah pesat hingga Belanda melihat sebuah peluang untuk memindahkan sekolah ini ke Padangsidimpuan.

            Pada tahun 1874 dibuka  Kweekschool di Padangsidimpuan (sekarang SMAN 1 Padangsidimpuan)  dan meluluskan muridnya pertama kali pada tahun 1884. Perkembangan pendidikan di kota ini pun jauh semakin pesat dari saudara tua nya di huta Tanobato, hal ini ditandai dengan begitu banyaknya alumni dari sekolah ini yang menjadi guru di Deli (Medan, sekarang), pegawai perkebunan, wartawan, dan pegawai pemerintahan Belanda.

            Dibalik kesuksesan pendidikan sidimpuan adalah Charles Adriaan van Ophuysen (1882-1890) yang kelak menjadi ahli bahasa Melayu, cikal bakal bahasa Indonesia. Mungkin tidak banyak diantara kita yang tahu bahwa seorang Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada (lahir di Batunadua 1874) adalah asisten van Ophuysen di Universitas Leiden untuk mata kuliah Bahasa Melayu dan pengagas Indische Vereeniging (cikal bakal Perhimpoenan Indonesia di Eropa) pada tanggal 25 Oktober 1928 di Leiden, Belanda.

            Melihat euphoria rakyat Tapanuli bagian selatan untuk belajar yang sangat tinggi , Belanda pun mendirikan Holland Inlandscha School (HIS) pada tahun 1920. Adapun bahasa pengantar di sekolah ini adalah Bahasa Belanda dan letaknya sekarang ini adalah di Jalan Tonga, kira-kira 200 m dari simpang SDN 10 (di depan ponsel wak oteh). Sekolah ini sekarang hanya lah reruntuhan bangunan dan sudah sangat tidak terawat lagi. Alangkah baiknya gedung yang sempat dijadikan perpustakaan daerah tahun 1970 ini dialihfungsikan menjadi museum, sebagai salah satu saksi sejarah cemerlangnya pendidikan kota ini.

            Beberapa bukti kecemerlangan pendidikan sidimpuan saat itu adalah terbitnya surat kabar poestaha berbahasa batak yang pada tahun 1914 didirikan oleh Sutan Casayangan Soripada yang saat itu baru pulang dari Belanda. Selanjutnya surat kabar ini dikembangkan oleh Parada Harahap yang baru saja kembali dari Medan. Ditangannya lah Koran menjadi sarana perjuangan melawan penjajah dengan membeberkan ketidakadilan penjajah dan semakin menyulut api perang di hati rakyat sidimpuan yang sudah lama melek huruf. Seringnya Parada Harahap ditahan oleh Belanda lalu pada tahun 1922 ia pindah ke Jakarta dan menerbitkan mingguan Bintang Hindia, Bintang Timur, dan Sinar Pasundan.

            Setelah Indonesia merdeka, Sekolah Rendah bentukan Jepang diambil alih oleh pemerintah dan mengembangkannya menjadi Sekolah Dasar di bawah naungan Dinas P dan K Sumut pada tahun 1950. Pembentukan SDN 1 di Kantin (utara) dan SDN 2 di jl Sutomo Kampung Bukit (Selatan) merupakan salah satu strategi untuk penyebaran pendidikan dasar di kota ini. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan akan hegemoni pendidikan, dibangunlah SDN 3 di Kampung Marancar untuk wilayah Sitamiang, Rambin, Jalan Mobil dan Sekitarnya. SDN 4 di Jalan Kenanga, SDN 5 di Siborang, SDN 6 di Aek Tampang membuat minat masyarakat semakin tinggi. Sehubungan dengan itu, dibangunlah SDN 7 yang tepatnya persis di samping SDN 3, hal ini disebabkan karena daya tampung SDN 3 yang overloaded. Paralel dengan kebutuhan pendidikan masyarakat di daerah Kampung Bukit, dibangunlah SDN 10 yang tempatnya persis di belakang SDN 2. SDN 11, SDN 12, dan SD 13 kemudian dibangun di daerah sekolah yang sebelumnya telah dibangun. SDN 14 dan SDN 16 di utara kota tepatnya di Jalan Tonga dan SDN 15 serta SDN 17 dibangun di Selatan. Sehubungan dengan meratanya pendidikan dasar di dalam kota, maka dibangunlah beberapa sekolah di tanobato (SDN20), Bakaran Batu, Jalan Melati, Aek Tampang, Silandit, Kayuombun, Panyanggar, dan Sadabuan.

            Dalam masa pendudukan Jepang, di Padang Sidempuan dibentuk sekolah menengah yang lokasinya merupakan gedung SMP Negeri 1 Padang Sidempuan yang sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan guru-guru SMP dengan semakin meningkatnya jumlah lulusan sekolah dasar di Padang Sidempuan. maka sekolah guru Kweekschool Padang Sidempuan ditingkatkan menjadi Sekolah Guru B (Bawah) dan Sekolah Guru A (Atas). Kebutuhan ruang kelas SMP semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga dibangun smp baru yaitu SMPN-2. Kedua SMPN ini berada di selatan kota. Dalam perkembangannya SGA diubah menjadi SPG sedangkan SGB menjadi SMP. 

            Dalam periode yang kurang lebih sama pada tahun 1953 dibentuk SMA di Padang Sidempuan. Lokasi SMA yang dibangun tersebut mengambil sebagian gedung Kweekschool Padang Sidempuan (yang menghadap jalan Merdeka) yang kini menjadi SMA Negeri 1 Padang Sidempuan. Sementara gedung SGA dan SGB yang menghadap jalan Ahmad Dahlan tetap dipergunakan oleh SGA dn SGB tersebut. Pada periode selanjutnya, status SGA diubah menjadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan SGB menjadi SMP yang lokasinya menjadi SMPN-3 yang sekarang. Pembentukan SMPN-3 dan penambahan jumlah smp di Padang Sidempuan dengan sendirinya telah mempermudah akses bagi lulusan sekolah dasar yang berada di utara pusat kota.

Kebutuhan ruang smp semakin meningkat sehingga pada perkembangan berikutnya di bangun SMPN-4 di area Siadabuan. Setelah beberapa tahun didirikan sekolah kejuruan di Padang Sidempuan yakni SMKK di jalan Sudirman, ST dan STM serta SMEP dan SMEA mengambil lokasi di Siadabuan (Sadabuan). Satu lagi sekolah kejuruan dibangun SGO yang mengambil lokasi di area Stadion Naposo.

Dalam perkembangan lebih lanjut dan adanya program peningkatan mutu guru-guru sekolah menengah dua perguruan tinggi diselenggarakan di Padang Sidempuan yakni: IKIP Medan Cabang Padang Sidempuan dan IAIN Sumatera Utara Cabang Padang Sidempuan. Setelah era pembangunan pendidikan guru (IKIP dan IAIN) pada awal tahun 1980-an para stakeholder pendidikan di perantauan dan pemerintah lokal mengagas dan merealisasikan pembentukan Universitas di Padang Sidempuan. Maka IKIP Medan cabang Padangsidimpuan pun berkembang menjadi Universitas Graha Nusantara. Lokasi kampus UGN ini ada di 3 titik yaitu Kampus I di Jalan Topi, Kampus II di Tor Simarsayang dan Kampus III di Asrama Haji Palopat Pijorkoling.

Hegemoni Pendidikan masyarakat tapanuli yang sangat cepat berkembang membuat Sidimpuan menjadi salah satu pusat pendidikan di bagian Selatan. Semoga UGN ini nanti nya akan berkembang dan statusnya berubah menjadi universitas negeri pertama di Padangsidimpuan. IAIN Sumatera Utara Cabang Padangsidimpuan pun berkembang menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Sihitang) dan nantinya akan berubah menjadi Universitas Islam Negeri Padangisidimpuan seiring dengan perubahan status UGN. Tentunya kita sebagai masyarakat yang peduli dengan pendidikan Kota nadimpu ini seyogyanya terus berfikir dan berusaha untuk membangkitkan kembali momentum kejayaan pendidikan kota ini yang pernah melahirkan :

  1. Ja Endar Muda Harahap
  2. Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada
  3. Parada Harahap
  4. Adam Malik Batubara
  5. Mochtar Lubis
  6. Sakti Alamsyah Harahap
  7. A.M Hoeta Soehoet
  8. Basyral Hamidy Harahap
  9. Ashadi Siregar
  10. Hariman Siregar
  11. Bismar Siregar
  12. Bomer Pasaribu
  13.  Ahmad Darobin Lubis
  14. Arif Siregar
  15. Hermanto Siregar
  16. Akhir Matua Harahap, dan tentunya masih banyak tokoh Padangsidimpuan berskala nasional bahkan Internasional yang merupakan hasil pendidikan kota ini.

*tulisan ini dibuat karena sedikitnya artikel pendidikan sidimpuan di internet. semoga ini menambah khazanah pengetahuan kita semua.

Posted in pendidikan | 2 Comments

The Act of Killing


Gambar

Film yang disutradarai oleh Joshua oppenheimer ini mengungkap kembali pembantaian massal pendukung PKI (Partai Komunis Indonesia) yang ada di Sumut pada tahun 1965-1966. Film yang mengambil syuting di Sumatera Utara ini sontak menjadi buah bibir baru-baru ini setelah penayangan trailer di internet sejak 28 Agusutus 2012. Seolah membangunkan kembali fakta salah satu kejahatan terburuk yang pernah ada di negeri ini, film yang diangkat dari pengakuan seorang Anwar Kongo (salah satu algojo penumpasan PKI) akan diputar di Festival Toronto Kanada pada sabtu (8/9) dan senin (10/9).

Indonesia sejak awal abad 20 telah dimasuki ajaran marxisme yang tidak mengakui akan eksistensi Tuhan dan terus berkembang hingga pada tahun 60-an. Lalu pada tahun 1965, terjadilah penculikan terhadap petinggi TNI AD dan pembunuhan yang dilakukan di Lubang buaya. Pembunuhan yang terbilang sadis (menyayat para jendral dengan pisau silet) ini menjadi tonggak bangkitnya perlawanan terhadap PKI. Pemuda Pancasila adalah salah satu organisasi yang paling menonjol untuk memberantas partai ini, terutama di medan. 

Jika PKI membunuh para anti PKi dengan cara yang sangat sadis, maka sebaliknya, yang dilakukan oleh Anwar Kongo dan kawan-kawan adalah pembunuhan yang lebih manusiawi yaitu dengan tembak mati. Adapun alasan kenapa sejarah ini begitu kontroversial adalah pembantaian kaum PKI oleh militer tanpa peradilan.

Film ini bisa menjadi salah satu bukti bahwa pembantaian itu memang pernah adanya dan tidak bisa dihapuskan begitu aja. Sebagai salah satu sejarah yang mempunyai banyak trik dan intrik, seharusnyalah sejarah ini lebih dimunculkan ke permukaan agar nantinya anak cucu kita tahu dan paham akan bahaya paham ini.

Posted in pendidikan | 15 Comments

Amalan Mahasiswa Tingkat Akhir


Banyak sekali mahasiswa tingkat akhir yang lebih dikuasai oleh perasaan takut akan menghadapi tugas akhir dari pada perasaannya untuk segera menyelesaikan studi. Hal ini disebabkan oleh perasaan takut yang berlebihan. Trust me, it worse.  Malah ada mahasiswa yang coba menutupi kekhawatirannya dengan mengatakan bahwa skripsi itu gak perlu cepat. Hanya buutuh waktu yang tepat.  kalau yang ini mah ngeles namanya.

Gambar

Skripsi atau tugas akhir akhir bukanlah hal yang sulit. Mindset kita juga harus diubah. Gini. Well, the truth is skripsi memang sulit. Tapi  jangan dipersulit lagi dengan buruk sangka kita. Yakinkan diri kita, bahwa skripsi itu mudah. Seminar proposa hingga ujian meja hijau bukanlah alasan kita tidak bisa tidur.

Nah, agar mindset kita tadi berubah, setidaknya ada dua amalan khusus buat mahasiswa tingkat akhir. Gak susah ko’. Apa itu? Let’s cekibrot.

  1. Sedekah.

Simple kan? Apa susahnya coba sedekah? Daripada kita ngasih pelicin buat administrasi ini itu syallalaaa…. Lebih baik kita kasih sedekah sama saudara2 kita yang lagi butuh. Atau bisa juga tuh kasih infak ke mesjid yang butuh dana untuk pembangunan. Sedekah itu tolak bala. Begitu kata orang tua kita. Tapi kata mahasiswa tingkat akhir, sedekah itu PELICIN buat skripsi.

  1. Solat Duha

Kalau yang ini mungkin kita beralasan. Gimana mau solat duha om? Solat 5 waktu aja bolong-bolong. Aduuhhhh… alasan yang kayak gini berarti masih setengah hati untuk ngejalanin ni amalan. Udah. Mau bolong kek, mau ompong kek, jalanin aja. Dirikan solat duha. Masalah diterima atau gak, itu bukan urusan kita. Itu urusan Allah. Rasul pernah bilang looo : “solat duha itu mendatangkan rizki (baca : skripsi lancer) dan menolak kefakiran (baca: skrispi macet), dan tidak ada yang akan memelihara sola dhuha kecuali orang-orang yang bertaubat.”

Kalau nanti duha nya dikerjakan, InsyaAllah skripsi lancer, pasti mikir deh ninggalin 5 waktu. Masa’ udah dikasih nikmat luar biasa (lancer skripsi), malah ninggalin yang wajib. Itu mah bukan sikap seorang akademisi. Right?

 

Trust me, it works.

 

 

 

 

Eh, hamper lupa. Sedekah itu mental orang kaya looo.. kalau bisa sedekah banyak-banyak dan ikhlas, kenapa harus sedikit dan iklas?

Posted in motivasi, pendidikan | 2 Comments